Djogjakarta-ku di Djogjakarta


Sejarah Kota
Juni 26, 2008, 2:37 pm
Filed under: Sejarah Kota

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja tas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Baca lebih lanjut



Djogja Tempo Doeloe
Juni 26, 2008, 10:40 am
Filed under: Djogja Tempo Doeloe, Zaman

Pada masa silam Yogyakarta, atau dulu dikenal dengan nama Ngayogyakarta Hadingrat sebuah “negara jawa” sebelum Republik Indonesia berdiri, ada beragam jenis bangunan, yang sekarang dari beragam jenis bangunan itu tidak lagi bisa dijumpai karena sudah runtuh atau diruntuhkan dan sama sekali tidak berbekas. Rubrik “Djogdja Tempo Doeloe” mencoba mengetengahkan model jenis-jenis simbol kebudayaan baik berupa bangunan dan yang lain dalam bentuk dokumentasi foto. Melalui artikel ini, ingatan publik kembali akan dibuka, atau setidaknya mengisi kembali ingatan kolektif. Tentu dokumentasi bangunan-bangunan yang dihadirkan disini tidak terbatas yang dulu pernah ada dan sekarang lenyap, namun juga yang dulu pernah ada dan sekarang masih ada, tetapi telah mengalami perubahan.

Selamat menikmati.

Tugu Yogya Tahun 1928

Tugu Yogya

Tugu Yogya yang terletak di tengah jalan utama di kota Yogyakarta: Lurus ke selatan menuju pagelaran Kraton. Artinya, letak Tugu , memang persis ada di tengah-tengah jalan, dari arah utara menuju kawasan malioboro. Disekitar kawasan tugu ini telah banyak perubahan. Misalnya, di dekat bangunan tugu ini telah ada bangunan rumah makan “Pizzahut”. Melihat tugu yang tertera dalam foto ini, yaitu tahun 1928 dan melihat tugu pada tahun 2002 ini, dengan segera orang akan melihat adanya perubahan,. Setidaknya pada sekitarnya, bukan pada bangunan tugunya, meskipun tugunya juga telah mengalami perubahan. Sesungguhnya melihat tugu tidak bisa dipisahkan dari bangunan Kraton, karena Tugu dianggap sebagai “titik pandang” dari Kraton, terutama darii Sitihinggil lurus menuju Tugu dan gunung Merapi. Itulah Tugu, yang acap dianggap sebagai salah satu simbol Yogyakarta.

Baca lebih lanjut



Bakpia Pathuk vs Gudeg Jogja
Juni 26, 2008, 8:15 am
Filed under: Makanan Khas

Bakpia Pathuk

Ingat bakpia, ingat camilan yang berbahan dasar kacang hijau, oleh-oleh dari Jogja. Memang tidak sulit mencari makanan yang satu ini. Karena terkenalnya sebagai makanan khas Jogja, hampir setiap toko oleh-oleh yang tersebar di seluruh Jogja menawarkan bakpia sebagai oleh-oleh. Merek yang terkenal pun menjadi pilihan bagi para wisatawan yang tidak ingin terlalu pusing memilih.
 
Tapi tahukah Anda kalau pusat bakpia ini sebenarnya tidak jauh dari jalan Maliboro? Bagi yang sudah sering ke Jogja, mungkin lokasi ini sudah menjadi lokasi kunjungan reguler saat berkunjung ke Jogja. Tapi buat yang belum, tidak akan sulit mencari daerah yang berada di sepanjang Jl. K.S Tubun ini. Bertanyalah kepada tukang becak, andong, dokar, dan juga taksi yang Anda temui, maka Anda akan diantar sampai ke tujuan.

Daerah sentra pembuatan bakpia ini bernama Pathuk. Jangan salah dengan daerah Pathuk yang terletak di Gunungkidul, daerah Pathuk ini terletak di tengah-tengah kota Jogja. Jika diantar oleh becak dan transportasi umum yang lain kecuali bis, besar kemungkinannya Anda akan diantar menuju toko yang sudah terkenal di jalan itu, atau mungkin toko yang dimiliki oleh teman atau saudaranya. Sebenarnya ada cara yang lebih menarik dan lebih dari sekedar datang ke suatu toko dan membeli oleh-oleh. Namun tentu saja cara ini hanya cocok bagi Anda yang mau menjadikan pencarian oleh-oleh sebagai petualangan, sekaligus olahraga jalan sehat.

Di sepanjang Jl. K.S tubun ini memang berjajar toko oleh-oleh dengan bakpia sebagai daya tarik utamanya, tetapi bukan itu yang menarik. Pathuk terkenal sebagai sentra pembuatan bakpia, jadi mayoritas warganya membuat bakpia untuk dijajakan. Keterbatasan lahan tanah, dan tentunya biaya membuat warga di sekitarnya tidak bisa  berjualan di toko, melainkan di rumah-rumah mereka masing-masing. Anda tidak akan menemui merek bakpia terkenal di sana, tetapi Anda dapat berburu citarasa bakpia yang sesuai selera Anda dan keluarga.

Baca lebih lanjut



Pariwisata
Juni 25, 2008, 4:01 pm
Filed under: pariwisata

Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama, berkenaan dengan keragaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, DIY memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi fisik maupun non fisik, di samping kesiapan sarana penunjang wisata. Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta relatif memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif seperti fasilitas akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata. Potensi ini masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi Jawa Tengah, sehingga menambah keragaman obyek yang telah ada. Kedua, berkaitan dengan ragam spesifisitas obyek dengan karakter mantap dan unik seperti Kraton, Candi Prambanan, kerajinan perak di Kotagede. Spesifikasi obyek ini msih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik dalam paduan yang serasi. Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai ‘kampung internasional’ membuktikan kedekatan atmosfir Yogyakarta dengan ‘selera eksotisme’ wisatawan mancanegara.

Baca lebih lanjut



Belanja sambil jalan – jalan?? hemph..
Juni 20, 2008, 4:09 pm
Filed under: Belanja, Tempat Wisata

–>Jalan – jalan di Malioboro

 –> naik Becak, sambil menikmati suasana Jogja

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.

Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung dengan jalan Mangkubumi dan dibatasi oleh stasiun kereta api Tugu dan ujung satunya lagi terhubung dengan jalan A.Yani. Dalam areal kawasan Malioboro dan sekitarnya banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi misalnya Siti Inggil Keraton Jogjakarta, pasar Beringhardjo, benteng Vredeburg, Gedong Senisono, Museum Sono Budoyo dan lainnya. Saat ini Malioboro bisa dikatakan sebagai jantung keramaian kota Jogja, karena banyaknya pedagang dan pengunjung yang berlalu lalang. Kawasan yang sangat ramai baik di dua sisi jalan yang berkoridor maupun pada jalan kendaraan walau satu arah dari jalan Mangkubumi akan tetapi berbagai jenis kendaraan melaju dan memenuhi di jalan tersebut dan tidak heran kalau terjadi kemacetan. Dari kendaraan tradisional seperti becak, dokar/andong/delman, sepeda, gerobak maupun kendaraan bermesin seperti mobil, taxi, bis kota, angkutan umum, sepeda motor dan lainny
Baca lebih lanjut